Teknologi VR untuk Pelaporan Kekerasan Seksual dan Domestik

vr untuk kepemimpinan

Penegakan kasus kekerasan seksual dan kekerasan fisik di Indonesia masih sangat longgar. Hal ini menyebabkan korban merasa tidak dilindungi. 

Buktinya, hanya 19,2% korban yang berhasil mengawal kasus kekerasan seksual, sehingga pelaku berakhir di penjara. Seusai dihukum pun, pelaku kerap mengulang tindak kekerasan terhadap korban. 

Saat ini, teknologi VR bisa digunakan untuk memudahkan pelaporan kekerasan seksual dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Tepatnya melalui platform VR metaverse yang digunakan untuk membuat sistem pelaporan yang lebih real time.

Selain itu, teknologi Virtual Reality juga bisa digunakan untuk membantu masyarakat mencegah perilaku kekerasan dari pelaku. Apa saja contoh penerapan virtual reality untuk pelaporan kekerasan terhadap perempuan dan anak? Simak artikel berikut ini. 

Empathy Machine

\"teknologi
ilustrasi penggunaan empathy machine melalui headset VR

Laporan kekerasan seksual, kekerasan fisik atau KDRT kerap diremehkan oleh aparat penegak hukum. Mereka kerap kali memojokkan korban dengan bertanya soal bukti di Tempat Kejradian Perkara (TKP). Padahal, saat penyerangan terjadi, korban tidak mungkin sempat mengumpulkan bukti atau saksi mata.

Pemerintah di Perancis menilai fenomena tersebut dapat diselesaikan dengan membangkitkan empati masyarakat atau penegak hukum. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknologi VR bernama empathy machine.

Empathy machine adalah teknologi VR berbentuk Virtual Reality Headset yang menampilkan point of view korban kekerasan secara real. Tujuannya agar para penegak hukum atau masyarakat bisa benar-benar merasakan penderitaan korban.

Teknologi VR untuk pelaporan kekerasan seksual ini menampilkan bagaimana korban diintimidasi oleh pelaku kekerasan. Adegan ditampilkan secara real dalam bentuk 3D. Skenario adegan bisa dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan cerita dan kesaksian korban kekerasan. 

Simulasi Virtual Reality

\"teknologi
Ilustrasi simulasi VR untuk menghadapi ancaman kekerasan

Cerita dan kesaksian korban kekerasan seksual maupun KDRT juga bisa diolah menjadi teknologi VR untuk pencegahan kekerasan. Teknologi VR ini kerap disebut simulasi Virtual Reality atau simulasi VR. 

Simulasi VR mencakup beberapa skenario adegan serangan perilaku kekerasan. Skenario tersebut dibuat berdasarkan pengalaman korban kekerasan seksual dan KDRT. 

Gabungan skenario kemudian digunakan untuk merancang simulasi pencegahan kekerasan seksual. Caranya, pengguna menggunakan teknologi VR berbentuk headset VR. 

Saat menggunakan headset VR, pengguna akan berhadapan dengan avatar 3D yang melakukan gerakan serangan. Jadi, pengguna bisa mengantisipasi langkah-langkah apa untuk menghindari pola gerakan kekerasan atau pelecehan seksual bahkan kekerasan fisik.

Baca Juga: 5+ Contoh Virtual Reality di Berbagai Bidang Industri 

Telekonsultasi Virtual Reality

Salah satu hambatan dalam proses pelaporan kasus kekerasan seksual atau domestik adalah minimnya ruang aman bagi korban. Terkadang, korban yang melapor akan mendapat banyak tekanan dari lingkungan sekitar. 

Telekonsultasi melalui teknologi VR dapat memudahkan mekanisme penanganan kasus kekerasan dan seksual pada anak dan perempuan. Sebab, pelapor atau korban dapat berkonsultasi melaporkan kejadian dalam keadaan yang aman melalui avatar anonim dalam ruang virtual. 

Teknologi VR berbasis telekonsultasi korban kekerasan ini sudah diadaptasi oleh PT Aruvana Virtual Semesta (Aruvana). PT Aruvana pun menjalin kerja sama dengan RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya dalam pengembangan inovasi pelayanan kesehatan berbasis metaverse.

Kolaborasi berupa telekonsultasi ini merupakan implementasi metaverse pertama di Indonesia di tingkat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian (Dokkes), ditujukan untuk mendukung unit Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dalam memberikan perlindungan bagi perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan.

Kekerasan seksual maupun kekerasan domestik bisa terjadi di mana saja dan siapa saja, selama pelaku memiliki kesempatan. Baik itu di lingkungan kampus, sekolah, tempat umum, atau perkantoran. 

Tentu saja, mencegah kasus kekerasan terjadi di ruang-ruang aktivitas Anda lebih baik daripada mengatasinya. Apalagi, penegakan hukum di Indonesia terkait kasus kekerasan masih sangat longgar.

Lindungi orang-orang terdekat di lingkup aktivitas Anda dari pelaku kekerasan seksual. Beberapa langkah bisa membantu. Salah satunya mencari jasa virtual reality untuk merancang teknologi yang berpihak pada korban kekerasan perempuan dan anak. 

ARUVANA dapat membantu Anda mewujudkan ruang yang aman dari tindak kekerasan seksual dan kekerasan domestik. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *