Event Recap VanaTalk #1 “Unleashing the Potential of Extended Reality (XR) Innovation In Clinical Training”

Sabtu, 17 Juni 2023 lalu, Aruvana menyelenggarakan VanaTalk, serial webinar reguler dengan tujuan untuk memperkenalkan keajaiban teknologi imersif seperti Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Mixed Reality (MR) dan Extended Reality (XR) kepada masyarakat umum. VanaTalk hadir untuk memfasilitasi transformasi wawasan mengenai teknologi imersif.

Di event perdana ini, VanaTalk mengangkat tema “Unleashing the Potential of Extended Reality (XR) Innovation in Clinical Training.” Barisan pembicara yang mengisi webinar ini terdiri dari para dokter inovatif dan yang dua diantaranya telah memiliki karya produk XR untuk pendidikan sendiri.

Profil 3 Pembicara VanaTalk Edisi Perdana

  • dr. Hanggoro Tri Rinonce, Ph.D., Sp.PA (K), seorang dokter spesialis patologi anatomik berpengalaman yang aktif berkontribusi dalam berbagai proyek penelitian di bidangnya. Sebelumnya ia telah menyelesaikan studi di doctor of Philosophy in Medical sciences dari kobe university graduate school of medicine dan Pathologist di Universitas Gadjah Mada.
  • dr. Nur Rahman Ahmad Seno Aji, MDSc., Sp.Perio (K), adalah seorang dokter gigi yang memegang gelar sarjana dan magister Kedokteran Gigi dari Universitas Gadjah Mada, beliau memiliki keahlian khusus dalam periodontologi dan pengalaman yang luas dalam praktik klinis. Saat ini beliau sedang menempuh studi doktoral di Department of Oral and Maxillofacial Diseases, Biomedicum, Faculty of Medicine, University of Helsinki, Finlandia.
  • Siti Rahmayanti, MD, MMSc, atau akrab disapa Dr. Mira, adalah peneliti postdoctoral di Brigham and Women\’s Hospital yang berafiliasi dengan Harvard Medical School. Beliau meraih gelar Master of Medical Sciences (MMSc) di bidang Imunologi dari Harvard dan sebelumnya menyelesaikan Doctor of Medicine (MD) di Universitas Gadjah Mada.
Moderator dan Para Pembicara VanaTalk

Melalui sesi presentasi, para pembicara mengungkapkan wawasan terkait potensi XR dalam bidang pelatihan klinis. Berikut rangkuman poin-poin penting yang disampaikan dari ketiga pembicara :

Manfaat XR: Potensi yang Luas bagi Dunia Kesehatan dan Mampu Berkembang Pesat

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan  Extended Reality (XR) telah menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Teknologi XR memiliki spektrum yang luas dan dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek dunia kesehatan. Dalam VanaTalk, para pembicara mengungkapkan bahwa penerapan XR dapat diterapkan di berbagai domain sebagai berikut:

Pendidikan dan Pelatihan Medis

Pandemi COVID-19 telah menyulitkan dalam memberikan pengalaman praktik yang optimal kepada mahasiswa. Keterbatasan akses ke pasien yang bersedia menjadi probandus menjadi salah satu kendala dalam memberikan pengalaman praktik yang memadai dalam pendidikan klinis. Hal ini kemudian menimbulkan kebutuhan baru bagi bidang pendidikan klinis, yaitu platform pembelajaran online yang imersif. 

Istilah “immersive learning” dan “extended reality” menjadi penting dalam konteks ini, di mana penggunaan teknologi XR dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang mendalam dan menyeluruh dengan mensimulasikan lingkungan pelatihan klinis seperti rumah sakit bahkan pasien secara virtual. Sejauh ini FK-KMK dan FKG telah mengimplementasikan immersive learning menggunakan XR. 

FK-KMK UGM dan Aruvana menghadirkan VRIPE-Health (Virtual Reality for Interprofessional Education on Health), sebuah lingkungan simulasi virtual yang efektif yang dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pembelajaran IPE.

Di bidang kedokteran gigi, Fakultas Kedokteran Gigi UGM bekerja sama dengan Aruvana dalam mengembangkan Gama Dentical XR, sebuah aplikasi simulator gigi berbasis XR yang menjadi solusi untuk tantangan dalam mempelajari praktik pra-klinis kedokteran gigi.

Diagnosa Medis

Pada bidang diagnosa medis, XR memiliki peran yang penting, terutama dalam konteks pencitraan dan penyakit yang berhubungan dengan CT Scan. Contohnya, dalam kasus kanker, teknologi XR memungkinkan visualisasi USG secara real-time dalam format 3D, yang sangat membantu dalam intervensi yang bersifat invasif.

Dari penggunaan teknologi pencitraan konvensional, XR memperluas penggunaannya ke Augmented Reality (AR) atau Virtual Reality (VR). Beberapa contoh pengaplikasiannya adalah tampilan 3D dari MRI atau CT angiografi, pemodelan 3D kanker, visualisasi real time bagi ultrasonologist, dan pemodelan virtual dalam perencanaan bedah. Dengan memanfaatkan teknologi XR, ketidakpastian dapat dikurangi dan keamanan pasien dapat lebih ditingkatkan.

Terapi Medis

Teknologi XR juga menawarkan potensi yang besar dalam terapi medis dan rehabilitasi. Penggunaan Virtual Reality (VR) dalam terapi medis sudah ada sejak lama. Pada tahun 1996, VR digunakan untuk terapi pengalihan rasa sakit. Studi kasus juga menunjukkan potensi teknologi XR dalam berbagai bidang terapi medis, mulai dari penanganan nyeri dan stress, terapi kejiwaan dan perilaku, tanggap darurat hingga rehabilitasi fisik dan stres.

Secara keseluruhan, penggunaan teknologi XR dalam terapi medis membawa manfaat yang signifikan dalam meningkatkan pengalaman pasien, efektivitas terapi, dan pelatihan tenaga medis.Dengan menggunakan teknologi XR, terapi dan rehabilitasi medis dapat menjadi lebih aman, efektif, dan inovatif bagi pasien.

Potensi Implementasi XR di Indonesia

Salah satu fenomena menarik yang dibahas dalam VanaTalk adalah investasi yang dilakukan oleh negara maju dalam teknologi imersif. Banyak perusahaan dan pemimpin industri seperti Microsoft, Google, dan Meta telah mengakuisisi perangkat XR khusus, seperti Microsoft HoloLens, Google Glass, dan Oculus.

Tidak dipungkiri bahwa negara luar juga lebih dulu menerapkan XR. Di luar negeri, aplikasi XR telah dikembangkan untuk bidang kedokteran, termasuk kedokteran gigi dalam membantu tindakan bedah gigi, pemasangan implant, atau perawatan dental tertentu. Namun, di Indonesia, aplikasi kedokteran berbasis teknologi imersif masih terbatas.

Meskipun demikian, bukan berarti Indonesia tidak memiliki kesempatan untuk berinovasi dalam teknologi XR. World Bank mengungkapkan bahwa negara berkembang, termasuk Indonesia juga memiliki kesempatan untuk menjadi pemain utama dalam pengembangan teknologi XR karena yang menjadi fokus adalah medan kreativitas yang luas bukan perihal modal perekonomian negara.

Baca Juga: Cara Merawat Headset VR Biar Awet dan Tahan Lama

Sinergi dan Kolaborasi untuk Pengembangan Ekosistem XR yang Lebih Baik di bidang Klinis

Tantangan dalam mengembangkan produk XR di bidang kesehatan salah satunya ialah bagaimana menjembatani perspektif pihak medis/kesehatan dengan keterbatasan pengetahuan IT begitu juga dengan pihak IT yang memiliki keterbatasan pengetahuan medis. Konvergensi kedua peran ini sangat penting untuk keberhasilan pengembangan produk berbasis XR.

Lebih jauh, pengembangan ekosistem XR juga membutuhkan kolaborasi antara stakeholders utama, termasuk pemerintah, institusi kesehatan baik akademik maupun rumah sakit, developer, dan pasien itu sendiri. Penting bagi pihak-pihak ini untuk bekerja sama mendorong kemajuan dan peningkatan layanan kesehatan melalui teknologi XR. 

VanaTalk “Unleashing the Potential of Extended Reality (XR) Innovation in Clinical Training” berhasil mengungkapkan potensi besar XR dalam bidang kesehatan dan pelatihan klinis. Dengan manfaat yang luas dan peningkatan pesat dalam perkembangan teknologi ini, XR menjadi solusi yang menarik untuk menghadapi tantangan dalam pelatihan klinis, meningkatan kualitas pendidikan klinis dan kualitas pelayanan klinis. 

Untuk menyaksikan lebih lengkap webinar VanaTalk ini, Anda dapat mengunjungi rekaman webinar melalui channel YouTube Aruvana. Terus ikuti update terbaru dari Aruvana dan nantikan seri VanaTalk mendatang lainnya yang pastinya menarik dan memberikan banyak manfaat!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *