Penerapan Virtual Reality (VR) kian meluas di bidang medis. Kini, teknologi VR bisa digunakan untuk membantu neurorehabilitasi pasien kelainan syaraf. Misalnya seperti stroke atau parkinson.
Neurorehabilitasi adalah proses medis yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien gangguan syaraf. Misalnya seperti rancangan latihan gerakan sehari-hari untuk pemulihan sistem motorik syaraf pasien.
Dengan bantuan teknologi Virtual Reality, terapi pasien bisa berjalan lebih efektif daripada terapi konvensional. Lalu bagaimana contoh penerapan virtual reality untuk neurorehabilitasi? Mengapa bisa lebih efektif dari terapi konvensional? Simak artikel ini.
Mengapa Virtual Reality Dapat Membantu Terapi Neurorehabilitasi?
Terapi stroke tradisional memiliki serangkaian tugas gerakan standar yang harus dipraktekkan pasien. Setiap pasien akan diawasi oleh satu terapis. Selain mengawasi pasien, terapis juga bertugas untuk mencatat data perkembangan motorik pasien.
Terapi neurologi tradisional tersebut akan semakin kompleks jika pasien terus bertambah. Sebab, rumah sakit perlu menambah sumber daya terapis dan mempersiapkan peningkatan biaya tenaga kerja.
Selain itu, terapis memerlukan waktu yang lebih lama untuk merancang latihan gerakan untuk masing-masing pasien. Sebab masing-masing pasien tentu membutuhkan set latihan gerakan sesuai dengan masalah kerusakan motoriknya masing-masing.
Teknologi VR neurorehabilitasi dapat merancang tugas latihan gerakan berdasarkan kebutuhan masing-masing pasien. Personalisasi gerakan ini juga lebih akurat. Sebab, personalisasi dibuat berdasarkan scanning kondisi tubuh pasien yang menghasilkan data-data akurat.
Tugas-tugas latihan gerakan juga dapat dilakukan di rumah pasien masing-masing. Selama berlatih, teknologi VR neurorehabilitasi juga dapat merekam data perkembangan respons motorik pasien. Jadi, rumah sakit dapat menekan jumlah terapis yang memantau pasien terapi neurologi atau terapi stroke.
Virtual Reality untuk Kegiatan Terapi Neurorehabilitasi
Contoh virtual reality untuk neurorehabilitasi yang kini umum dijumpai adalah terapi yang meniru video game.
Pasien akan melakukan serangkaian gerakan dengan skor dan case seperti di dalam game. Lingkungan virtual juga didesain menyerupai lingkungan sehari-hari pasien.
Selain itu, teknologi VR neurorehabilitasi dapat dilengkapi dengan kamera tiga dimensi pelacak gerakan khusus pasien. Fungsinya untuk memetakan gerakan pasien selama berlatih.
Pemetaan gerakan kemudian dikemas dalam avatar tiga dimensi yang memandu latihan interaktif layaknya terapis. Gerakan-gerakan latihan juga sudah berpijak pada prinsip-prinsip neurorehabilitasi standar.
Dengan begitu, produk virtual reality ini mengaktifkan kembali jalur saraf rusak dan mengaktifkan jalur saraf baru. Proses pengaktifannya pun lebih efisien bagi pasien dan hemat biaya bagi rumah sakit atau terapis.
Para peneliti di University of South Carolina menggabungkan prinsip-prinsip teknologi VR dan Brain Computer Interface (BCI) untuk mengobati penderita stroke kronis dengan berbagai tingkat gangguan motorik.
Pendekatan multimodal mereka menggunakan realitas virtual untuk menunjukkan kepada pasien avatar anggota tubuh bagian atas mereka. Kemudian mereka menggabungkan sensor dan sinyal otak (electroencephalography, atau EEG) dan otot (electromyography, atau EMG) untuk memvisualisasikan tugas gerakan yang disajikan.
Seiring waktu, teknologi VR telah terbukti meningkatkan citra motorik pasien (kemampuan mereka untuk membayangkan dan merencanakan gerakan). Selain itu, teknologi VR juga bisa mengaktifkan kembali sirkuit motorik, dan meningkatkan pemulihan fungsi motorik tubuh bagian atas.
Konsultasi Terapi Neurorehabilitasi dengan Virtual Reality
Keberhasilan terapi stroke atau neurorehabilitasi tak hanya bergantung pada terapis. Namun juga pada konsistensi pasien untuk menjalankan serangkaian proses neurorehabilitasi.
Akan tetapi, pasien kerap tidak konsisten menjalani terapi karena berbagai alasan. Misalnya terkendala jarak tempuh yang terlalu jauh dari rumah atau biaya perjalanan yang mahal.
Kondisi tersebut membuat terapis kesulitan dalam memantau perkembangan motorik pasien neurorehabilitasi. Selain itu, terapis juga kesulitan meresepkan set tugas gerakan baru.
Dengan adanya teknologi VR, terapis dapat menggunakan sistem telerehabilitasi. Di mana terapis dan pasien dapat berkomunikasi menggunakan avatar virtual, terapis dapat meresepkan rutinitas pemulihan berbasis online melalui jarak jauh.
Pasien dapat mengakses tugas gerakan secara real time. Setelah itu, data tindakan klinis dan perkembangan motorik dapat dikumpulkan secara real time dan disimpan dalam database online. Di mana terapis dapat mengakses data tindakan klinis dan perkembangan motorik dari jarak jauh.
Dengan demikian, terapis dapat memantau kemajuan pasien dan memodifikasi terapi sesuai kebutuhan tanpa interaksi atau pelatihan offline. Dengan cara ini, terapis dapat memantau beberapa pasien yang berolahraga secara bersamaan di rumah masing-masing.
Kebutuhan teknologi VR untuk neurorehabilitasi diprediksi akan terus meningkat. Menurut data Grandviewresearch, bertumbuhan pasar teknologi VR neurorehabilitasi bisa mencapai 1,51 persen per tahunnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi VR yang mampu mempercepat proses neurorehabilitasi.
Saat ini beberapa rumah sakit di ibukota sudah mengadaptasi teknologi VR untuk terapi neurorehabilitasi. Jika Anda pemilik bisnis sektor kesehatan, tak ada salahnya mulai mengadaptasi teknologi VR satu ini.
Anda cukup mencari penyedia jasa Virtual Reality untuk membuat produk Virtual Reality yang sesuai dengan kebutuhan klinik Anda. Tak perlu bingung-bingung lagi, ARUVANA sebagai jasa Virtual Reality dapat menyediakan teknologi VR untuk neurorehabilitasi di klinik Anda.