Transformasi digital telah berperan dalam berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus dapat beradaptasi menerapkan teknologi terkini yang dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan.
PT Aruvana Virtual Semesta (Aruvana) menjalin kerja sama bidang pendidikan dengan Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKK-MK) Universitas Gadjah Mada dalam mengembangkan aplikasi berbasis teknologi virtual.
Kerja sama ini ditandai dengan serah terima pekerjaan oleh Chief Executive Officer Aruvana Indra Haryadi kepada Direktur Utama Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FKK-MK, dr. Dewanto Yusuf Priambodo, M.Sc., Sp.F.M.
Aplikasi berbasis virtual reality ini ditujukan untuk memudahkan pembelajaran di dunia pendidikan kedokteran forensik sehingga mahasiswa dapat lebih memahami kasus-kasus yang ada sebelum terjun langsung ke lapangan.
“Awalnya kami memang sudah berpikir untuk inovasi pendidikan di stase forensik di farmasi klinik, bagian dari pendidikan profesi atau koasistensi, dimana ada kasus jenazah. Aplikasi ini sendiri dikembangkan untuk kasus jenazah, jadi agar mereka lebih siap sebelum memeriksa jenazah yang nyata ini kita simulasikan dulu di aplikasi. Di sisi lain, isu metaverse juga sedang berkembang maka kita mencoba membuat semacam simulasi dengan manekin di metaverse. Intinya adalah menambah pengalaman sebelum terjun ke kasus nyata,” ungkap dokter Dewanto.
Menurut CEO Aruvana Indra Haryadi, Forensic VR digunakan untuk membantu mengenalkan dasar-dasar kamar jenazah. Simulasi visual yang ditampilkan diserupakan dengan kondisi kamar jenazah yang sebenarnya.
Aplikasi ini juga memungkinkan mahasiswa untuk dapat melakukan pembelajaran atau pelatihan tanpa terbatas ruang maupun waktu.
\”Aplikasi ini memberikan visualisasi ruangan dan kondisi kamar jenazah yang nyata. Selain itu mahasiswa juga dapat melakukan pembelajaran tanpa terbatas ruang maupun waktu karena perangkat yang memungkinkan untuk dibawa kemana saja. Dengan begitu, mahasiswa dapat melakukan pembelajaran berulang kali serta lebih memahami tindakan yang harus dilakukan ketika di lapangan nantinya,” terang Indra.
Pihak Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Kesehatan mengaku senang dalam bekerja sama dengan ARUVANA.
“Kami sangat senang bekerja sama dengan ARUVANA, pihak ARUVANA komunikatif, mudah diajak berkoordinasi dan responsnya cepat. Ketika dihubungi, beberapa saat langsung menanggapi, misalnya perlu revisi langsung dikerjakan. Jadi dapat saling meningkatkan kepercayaan dengan adanya komunikasi yang seperti ini,” ujar dokter Dewanto.
Dokter Dewanto turut menyatakan bahwa implementasi Virtual Reality (VR) dalam bidang pendidikan kesehatan semakin meluas. Harapannya, berbagai departemen di FKK-MK nantinya dapat mengadaptasi teknologi VR untuk simulasi pelatihan sehingga mahasiswa semakin kompeten dalam menangani pasien.
“Berkaitan dengan mendidik mahasiswa, maka kita selalu mengusahakan bagaimana caranya agar mereka bisa kompeten, jadi dengan adanya aplikasi ini harapannya mahasiswa dapat menambah pengalaman, makin kompeten saat menangani pasien. Mungkin ke depannya di scope sempit ini, departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dapat menambah kasus. Dan tak hanya di departemen ini, teknologi seperti ini mungkin dapat diterapkan di bidang lain, misalnya dengan departemen lain, kita bisa menggabungkan simulasi berbasis VR lainnya. Jadi nanti kita dapat bersinergi menghadirkan virtual hospital,” tambahnya.