Terapis biasanya menggunakan berbagai macam teknik untuk proses rehabilitasi fisik dan syaraf pasien. Salah satunya adalah kombinasi terapi konvensional dengan penerapan VR untuk rehabilitasi.
Saat ini, teknologi VR lebih familiar digunakan untuk merancang simulasi aktivitas dengan skenario yang imersif. Misalnya pada bidang pendidikan dan bisnis. Pada bidang hiburan, VR biasanya digunakan untuk pengalaman gaming yang nyata.
Lalu, apakah tenaga medis dapat menggunakan VR untuk menunjang proses rehabilitasi? Apa saja penyakit pasien yang dapat dibantu dengan VR? Bagaimana cara VR membantu tenaga medis mempercepat proses rehabilitasi? Simak artikel berikut ini sampai selesai.
Rehabilitasi Syaraf
Pasien dengan gangguan syaraf seperti pasca stroke dan parkinson memiliki gangguan motorik pada bagian lengan. Hal itu membuat pasien sulit menjangkau benda, menyeimbangkan gerak tangan, dan bahkan kesulitan berjalan.
Teknologi VR dapat membantu proses rehabilitasi syaraf motorik lengan atas dan bawah pasien. Caranya dengan simulasi aktivitas sehari-hari yang membutuhkan gerakan tangan sederhana. Misalnya seperti membuka keran air, meletakkan benda, dan menegakkan benda.
Saat ini di Indonesia telah hadir produk VR bernama VINERA. Vinera merupakan teknologi VR untuk terapi motorik tangan pasca-stroke. VINERA merupakan hasil kolaborasi ARUVANA dengan PT Medika Brain Sejahtera.
Perawatan khusus bagi pasien pasca stroke dapat menjadi tantangan ketika pasien mengalami kendala mengunjungi rumah sakit. Namun, ada kemungkinan pasien akan melewatkan terapi di rumah karena tidak ada pendamping profesional. Oleh karena itu, VINERA hadir sebagai solusi pemulihan pasien stroke tanpa terbatas waktu dan tempat.
Produk ini dilengkapi dengan sistem gamifikasi sehingga pasien dapat melakukan latihan terapi secara mandiri tanpa bantuan profesional dan berulang dengan cara yang lebih menyenangkan.
Rehabilitasi Vestibular
Sistem vestibular adalah sistem sensor di bagian telinga yang mengatur pergerakan kepala dan mata. Oleh karena itu, gangguan vestibular menyebabkan vertigo dan gerakan mata yang tidak fokus.
Tenaga medis dapat melakukan rehabilitasi vestibular dengan teknologi VR. Caranya dengan menggunakan VR headset yang menampilkan skenario imersif untuk melatih fokus gerakan kepala dan mata.
Sebagai contoh, pasien dengan gangguan fokus gerakan mata diminta menonton video imersif roller coaster. Bisa juga pasien diperlihatkan video objek yang bergerak secara cepat saat pasien belajar berjalan dengan fokus.
Penerapan VR untuk rehabilitasi tersebut dapat melatih input visual dan syaraf yang membantu fokus pasien. Selain itu hubungan antara organ vestibular dan pergerakan mata akan lebih kuat.
Rehabilitasi Motorik Anak
Rehabilitasi fisik dan motorik anak menjadi tantangan berat bagi terapis. Sebab, mereka perlu menggabungkan kegiatan terapi dengan kegiatan bermain. Jadi, anak-anak bisa tetap semangat dan antusias mengikuti proses rehabilitasi.
Anak-anak menyukai hal yang baru. Dengan begitu rehabilitasi motorik anak dengan teknologi VR dapat membantu terapis membuat anak tetap fokus pada proses. Apalagi, simulasi aktivitas dapat dikemas dalam bentuk game yang imersif.
Beberapa rehabilitasi gangguan motorik anak yang dapat dibantu dengan teknologi VR adalah celebral palsy, autisme, attention deficit disorder, dan developmental delay.
Rehabilitasi Ortopedi
Cedera fisik seperti cedera pergelangan kaki atau lutut termasuk dalam gangguan ortopedi. Dalam hal ini, terapis dapat melakukan rehabilitasi ortopedi dengan bantuan teknologi VR. Tujuannya, agar pasien dengan cedera tidak perlu menempuh jarak jauh ke rumah sakit dan memperparah risiko cedera.
Terapis dapat meminta pasien menggunakan VR headset yang menampilkan objek untuk diraih. Objek yang diraih dapat ditempatkan di berbagai arah. Pasien akan berlatih menggerakkan pergelangan kaki dan lutut untuk berjalan meraih objek tersebut.
Mengapa Menggunakan Virtual Reality untuk Rehabilitasi Fisik dan Syaraf?
Mungkin Anda punya pertanyaan, mengapa perlu menggunakan teknologi VR untuk rehabilitasi fisik dan syaraf? Apakah teknologi VR benar-benar membantu dan bukan sekadar gimmick marketing melalui kebaruan?
Rehabilitasi Lebih Cepat
Start up asal Perancis, KineQuantum, menciptakan teknologi VR untuk rehabilitasi dengan 60 paket skenario terapi. Teknologi VR ini ditujukan untuk pasien ortopedi, trauma, dan masalah kesehatan lainnya.
Hasilnya, start up tersebut mendapatkan laporan bahwa pasien mengalami penurunan gejala sebanyak 50% hingga 80%. Selain itu, pasien mengatakan proses rehabilitasi lebih terasa cepat. Sebab, proses yang biasanya berjalan 20 menit bisa dijalankan dengan 10 menit saja.
Rehabilitasi Lebih Efektif
Sebuah jurnal penelitian bernama Medical Science Monitor yang terbit tahun 2019 menuliskan hasil perbandingan rehabilitasi dengan VR dan rehabilitasi konvensional. Sampel penelitian yang digunakan adalah pasien parkinson yang ingin menyeimbangkan gerak tubuh dan memperkuat genggaman tangan.
Hasilnya, pasien yang melalui proses rehabilitasi VR mengalami perkembangan lebih signifikan. Hal itu terlihat dari ukuran Unified Parkinson’s Disease Rating Scale para pasien. Terbukti bahwa tidak ada pasien yang mengalami cedera tambahan selama proses rehabilitasi dengan VR.
Biaya Alat Lebih Murah
Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk software VR berkisar antara 200.000 hingga 300.000 USD atau setara 1 juta hingga 3 juta rupiah.
Menurut riset Digital Medicine, biaya ini akan menghemat pengeluaran rumah sakit sebanyak 5,39 USD atau setara dengan Rp83.000. Sehingga, biaya terapi pasien juga bisa ditekan.
Teknologi VR dapat menguntungkan rumah sakit dan pasien yang berinteraksi dengan rehabilitasi fisik dan syaraf. Selain menghemat waktu dan biaya, proses penyembuhan pasien pun akan berjalan lebih cepat dan efektif.
Jika ingin mengadaptasi teknologi VR untuk kegiatan rehabilitasi syaraf, pastikan Anda menggunakan jasa virtual reality yang terbaik. ARUVANA memiliki VINERA sebagai solusi baik untuk rehabilitasi syaraf dengan biaya terapi dan investasi yang terjangkau.